Jumat, 29 Maret 2013

Analisa Zat Padat Tersuspensi (TSS)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan.
Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung efektif akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak berlangsung sempurna. Sebaran zat padat tersuspensi di laut antara lain dipengaruhi oleh masukan yang berasal dari darat melalui aliran sungai, ataupun dari udara dan perpindahan karena resuspensi endapan akibat pengikisan.
Beberapa sumber dan komposisi beberapa partikulat pencemar yang umum berada di suatu perairan antara lain erosi tanah, lumpur merah dari pabrik aluminium oksida, padatan dari pencucian batubara, lubang tanah liat, kegiatan penimbunan sisa pengerukan, penyulingan pasir-pasir mineral dan pabrik pencucian, kerikil dan kegiatan-kegiatan lainnya. Komposisi dan sifat partikulat pencemar dari erosi tanah berupa mineral tanah, pasir, tanah liat dan lumpur, sedangkan mineral sedimen, pasir, tanah liat, lumpur, detritus organik dihasilkan dari kegiatan penimbunan sisa pengerukan. Garam-garam besi yang dapat berubah menjadi besi terhidrasi dalam air laut merupakan pencemar dari lumpur merah dari pabrik aluminium oksida dan penyulingan pasir-pasir mineral.
Studi ini mengkaji kandungan total zat padat tersuspensi di perairan Raha, untuk kepentingan perikanan, pariwisata dan taman laut konservasi serta kaitannya dengan parameter kualitas air lainnya seperti kecerahan, suhu, kadar oksigen terlarut, salinitas, fosfat dan nitrat.
Berdasarkan tinjauan di atas, maka pada makalah ini akan disajikan suatu makalah berupa materi dan metode yang akan diterapkan untuk penentuan kadar zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) di perairan Raha, Sulawesi Tenggara.

1.2       Maksud dan Tujuan
1.2.1    Maksud
Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas makalah yang dikerjakan secara individu dari mata kuliah Kimia Analisis Lingkungan Laut.

1.2.2    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.Mengetahui kadar zat padat tersuspensi (Total Suspended Soliddi perairan Raha, Sulawesi Tenggara
2.Mengetahui metode apa yang digunakan dalam penentuan kadar zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam air ditemui dua kelompok zat, yaitu zat terlarut seperti garam dan molekul organism dan zat padat tersuspensi dan koloidal seperti tanah.
Perbedaan antara kedua kelompokm zat yang ada dalam air cukup jelas dalam praktek namun kadang-kadang batasan itu tidak dapat dipastikan secara definitive. Dalam kenyataan suatu molekul organism polimer tetap bersifat zat yang terlarut walaupun panjangnya lebih dari 10 µm, sedangkan beberapa jenis zat koloid mempunyai sifat dapat bereaksi seperti zat padat terlarut.
Analisa zat padat dalam air sangat penting untuk penentuan komponen atau kualitas air secara lengkap. Zat padat dalam keadaan suspensi dibagi menjadi 2 :
a.       Partikel tersuspensi koloid
Jenis partikel koloid tersebut adalah penyebab kekeruhan dalam air yang disebabkan oleh penyimpangan sinar yang menembus suspensi tersebut. Partikel-partikel koloid tidak terlihat secara visual sedangkan larutannya terdiri dari ion-ion dan molekul-molekul tidak pernah keruh. Larutan menjadi keruh bila terjadi pengendapan (presipitasi) yang merupakan keadaan kejenuhan suatu senyawa kimia.
b.      Partikel tersuspensi biasa
Partikel-partikel tersuspensi biasa mempunyai ukuran lebih besar dari partikel koloid dan dapat menghalangi sinar yang akan menembus suspensi, sehingga  suspensi tidak dapat dikatakan keruh.
Seperti halnya ion-ion dan molekul-molekul (zat yang terlarut), zat padat koloidal dan zat padat tersuspensi dapat bersifat anorganik (tanah liat) dan organisme (protein, sisa tanaman, ganggang dan bakteri).

Zat padat tersuspensi diklasifikasikan menjadi zat padat terapung yang selalu bersifat organism dan zat padat yang dapat terendap yang bersifat organic dan anorganik. Zat padat terendap  adalah zat padat dalam suspensi yang dalam keadaan tenang dapat mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh gaya beratnya. Penentuan kadar zat padat terendap ini dapat melalui volumenya. Analisa ini disebut analisa volum lumpur (sludge volume) dan dapat melalui beratnya disebut analisa lumpur kasar atau umumnya zat padat terendap (settleable solids).


BAB III
METODE PERCOBAAN


Berdasarkan penelitian oleh Tarigan dan Edward (2003), dilakukan di perairan Raha Sulawesi Tenggara (Selat Buton) pada bulan Mei 2001. Contoh air laut diambil pada 20 stasiun pengamatan dengan menggunakan botol plastik pada lapisan permukaan (0 m) (Gambar 1). Posisi stasiun ditentukan dengan mengunakan GPS (Geographic Positioning System) (Tabel 1).
Contoh air laut sebanyak 1 liter disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman GF/7 47 mm. Kertas saring sebelum digunakan terlebih dahulu dipanaskan dalam oven pada suhu 80 oC selama 24 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai berat konstan. Selanjutnya kertas saring yang telah digunakan dan berisi residu dipanaskan seperti di atas dan ditimbang. Selisih antara berat kertas saring dengan residu terhadap berat kertas saring tanpa residu merupakan kandungan total zat padat tersuspensi. Suhu diukur dengan thermometer, salinitas dengan salinometer, oksigen terlarut dengan metode Winkler secara titrasi dan nutrisi (fosfat dan nitrat) dengan spektrofotometer.

1 komentar: