BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zat padat
tersuspensi (Total
Suspended Solid)
adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel
yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti
fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik)
seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi
merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen dan
berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat
menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan.
Penetrasi
cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung
efektif akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga fotosintesis
tidak berlangsung sempurna. Sebaran zat padat tersuspensi di laut antara lain dipengaruhi
oleh masukan yang berasal dari darat melalui aliran sungai, ataupun dari udara
dan perpindahan karena resuspensi endapan akibat pengikisan.
Beberapa
sumber dan komposisi beberapa partikulat pencemar yang umum berada di suatu
perairan antara lain erosi tanah, lumpur merah dari pabrik aluminium oksida,
padatan dari pencucian batubara, lubang tanah liat, kegiatan penimbunan sisa
pengerukan, penyulingan pasir-pasir mineral dan pabrik pencucian, kerikil dan kegiatan-kegiatan
lainnya. Komposisi dan sifat partikulat pencemar dari erosi tanah berupa
mineral tanah, pasir, tanah liat dan lumpur, sedangkan mineral sedimen, pasir,
tanah liat, lumpur, detritus organik dihasilkan dari kegiatan penimbunan sisa pengerukan.
Garam-garam besi yang dapat berubah menjadi besi terhidrasi dalam air laut
merupakan pencemar dari lumpur merah dari pabrik aluminium oksida dan penyulingan
pasir-pasir mineral.
Studi ini
mengkaji kandungan total zat padat tersuspensi di perairan Raha, untuk
kepentingan perikanan, pariwisata dan taman laut konservasi serta kaitannya
dengan parameter kualitas air lainnya seperti kecerahan, suhu, kadar oksigen terlarut,
salinitas, fosfat dan nitrat.
Berdasarkan
tinjauan di atas, maka pada makalah ini akan disajikan suatu makalah berupa
materi dan metode yang akan diterapkan untuk penentuan kadar zat padat
tersuspensi (Total Suspended Solid)
di perairan Raha, Sulawesi Tenggara.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun
maksud dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas makalah yang
dikerjakan secara individu dari mata kuliah Kimia Analisis Lingkungan Laut.
1.2.2 Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.Mengetahui kadar zat padat tersuspensi (Total
Suspended Solid) di
perairan Raha, Sulawesi Tenggara
2.Mengetahui metode apa yang digunakan
dalam penentuan kadar zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam air ditemui dua kelompok zat, yaitu zat
terlarut seperti garam dan molekul organism dan zat padat tersuspensi dan
koloidal seperti tanah.
Perbedaan antara kedua kelompokm zat yang ada dalam
air cukup jelas dalam praktek namun kadang-kadang batasan itu tidak dapat
dipastikan secara definitive. Dalam kenyataan suatu molekul organism polimer
tetap bersifat zat yang terlarut walaupun panjangnya lebih dari 10 µm,
sedangkan beberapa jenis zat koloid mempunyai sifat dapat bereaksi seperti zat
padat terlarut.
Analisa zat padat dalam air sangat penting untuk
penentuan komponen atau kualitas air secara lengkap. Zat padat dalam keadaan
suspensi dibagi menjadi 2 :
a.
Partikel tersuspensi koloid
Jenis
partikel koloid tersebut adalah penyebab kekeruhan dalam air yang disebabkan
oleh penyimpangan sinar yang menembus suspensi tersebut. Partikel-partikel
koloid tidak terlihat secara visual sedangkan larutannya terdiri dari ion-ion
dan molekul-molekul tidak pernah keruh. Larutan menjadi keruh bila terjadi
pengendapan (presipitasi) yang merupakan keadaan kejenuhan suatu senyawa kimia.
b.
Partikel tersuspensi biasa
Partikel-partikel
tersuspensi biasa mempunyai ukuran lebih besar dari partikel koloid dan dapat
menghalangi sinar yang akan menembus suspensi, sehingga suspensi tidak dapat dikatakan keruh.
Seperti
halnya ion-ion dan molekul-molekul (zat yang terlarut), zat padat koloidal dan
zat padat tersuspensi dapat bersifat anorganik (tanah liat) dan organisme
(protein, sisa tanaman, ganggang dan bakteri).
Zat
padat tersuspensi diklasifikasikan menjadi zat padat terapung yang selalu
bersifat organism dan zat padat yang dapat terendap yang bersifat organic dan
anorganik. Zat padat terendap adalah zat
padat dalam suspensi yang dalam keadaan tenang dapat mengendap setelah waktu
tertentu karena pengaruh gaya beratnya. Penentuan kadar zat padat terendap ini
dapat melalui volumenya. Analisa ini disebut analisa volum lumpur (sludge volume) dan dapat melalui
beratnya disebut analisa lumpur kasar atau umumnya zat padat terendap (settleable solids).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
Berdasarkan
penelitian oleh Tarigan dan Edward (2003), dilakukan di perairan Raha Sulawesi
Tenggara (Selat Buton) pada bulan Mei 2001. Contoh air laut diambil pada 20
stasiun pengamatan dengan menggunakan botol plastik pada lapisan permukaan (0
m) (Gambar 1). Posisi stasiun ditentukan dengan mengunakan GPS (Geographic Positioning System) (Tabel 1).
Contoh air
laut sebanyak 1 liter disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman GF/7 47 mm. Kertas saring sebelum digunakan
terlebih dahulu dipanaskan dalam oven pada suhu 80 oC selama 24 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan
ditimbang sampai berat konstan. Selanjutnya kertas saring yang telah digunakan
dan berisi residu dipanaskan seperti di atas dan ditimbang. Selisih antara
berat kertas saring dengan residu terhadap berat kertas saring tanpa residu
merupakan kandungan total zat padat tersuspensi. Suhu diukur dengan thermometer,
salinitas dengan salinometer, oksigen terlarut dengan metode Winkler secara titrasi dan nutrisi (fosfat
dan nitrat) dengan spektrofotometer.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus